Laman

selamat datang

어서 오세요

Senin, 10 Agustus 2015

Ku nanti kau di batas waktu 4

"Demi Allah aku tidak memiliki niat jahat padanya!", ungkap gadis itu berulang-ulang dalam hatinya.
Yah, kejadian hari ini benar-benar membuat gadis itu tidak bisa tidur karena ia tidak pernah berfikir akan seperti ini jadinya. Niatnya sungguh tulus tanpa mengharapkan imbalan apapun. Namun, kenyataan tidak berkata demikian.
Berawal ketika sang gadis melihat pemuda itu batuk-batuk. Kebetulan ia juga sedang sakit flu disertai batuk. Pagi harinya ia membeli obat di apotek. Untuk dirinya dan pemuda itu. Entah mendapat keberanian dari mana sang gadis membungkus obat dan gantungan hp tak lupa secuil kertas ucapan terima kasih karena telah menjadi mood booster selama minggu minggu menjelang sidang skripsi. Ia menitipkan bungkusan tersebut pada ibu penjaga warung yang selalu menjadi tempat pemuda itu makam sehari-hari. Gadis itu merasa lega karena telah menyelesaian niat tulusnya memberikan obat itu pada sang pemuda agar ia lekas sembuh. Namun, beberapa saat kemudian sahabatnya berteriak memanggil namanya. Ia menanyakan apakah sang gadis baru saja membeli makam dan menitipkan sesuatu untuk pemuda itu. Ternyata sesaat setelah sang gadis pergi, pemuda itu datang ke warung. Kebetulan sekali sahabat gadis itu juga baru pulang dari kampus dan membeli makanan. Bu yani, ibu penjual warung nasi, memberikan bungkusan itu pada sang pemuda, namun pemuda itu menolak menerimanya dengan alasan tidak mengenal orang yang memberikan bu gkusan itu. Ia penasaran dan terus menanyakan identitas orang tersebut. Bu yani mengatakan bahwa ia adalah gadis yang tinggal di kos sebelah dan menyebutkan ciri-cirinya. Lalu sahabat gadis itu seperti mengenali orang yang dibicarakan tersebut. Karena ia tidak mengetahui apa persoalan sebenarnya, sahabat gadis itu menyebutkan nama sang gadis. Pemuda itu tetal mengaku tidak mengenal sang gadis sehingga ia tetap menolak menerima obat tersebut.

Setelah mengetahui hal itu dari cerita sahabatnya, sang gadis merasa ia telah memggali kuburannya sendiri. Ia khawatir bagaimana jika sang pemuda salah menafsirkan niat baiknya, bagaimana jika sang pemuda merasa jijik dan ilfil terhadap dirinya, bagaimana jika sang pe.uda membencinya. Begitu banyak pertanyaan yang ditimbulkam dari kekhawatirannya. Sungguh ia hanya ingin melihat sang pemuda sembuh dengan meminum obat itu. Semoga Allah membukakan hati sang pemuda untuk menerima obat itu. Sang gadis tidak pernah meminta sang pemuda menerima hatinya. Hanya obatnya saja demi kebaikan sang pemuda. Sang gadis terus memohon dalam doanya.