Hingga malam menjelang, pemuda itu belum juga mengambil obat pemberian sang gadis. Keesokan harinya, sang gadis menulis sepucuk surat kepada pemuda itu.
" mohon maaf sebelumnya, tapi aku benar-benar tidak punya maksud jahat kepada siapapun terutama kamu. Obat ini aku beli di apotek. Kebetulan aku juga sedang batuk dan aku juga meminumnya. Kata ibu apoteker obat ini lumayan manjur dan insya allah cepat sembuh setelah meminum obat ini. Tidak ada racun atau hal semacamnya yang kamu takutkan dalam obat ini. Demi allah aku tidak ada maksud lain. Aku hanya ingin kamu menerimanya, meminumnya, dan kemudian sembuh. Jika karena obat ini pemberianku sehingga kamu tidak mau menerimanya. Anggap obat ini bukan dariku. Anggap kamu tidak pernah mendengar namaku. Anggap aku tidak pernah ada. Anggap obat ini dari seorang teman yang kamu kenal. Anggap ini dari seseorang yang memang kamu inginkan memberikannya padamu. Jika itu bisa membuatmu menerima dan mengambilnya. Ku mohon lakukan demikian. Obay ini sebenarnya dari Allah untuk hambanya yang baik. Mungkin perantaranya yang salah. Aku yang salah. Aku minta maaf. Lupakan semua kejadian ini. Anggap tidak pernah terjadi. Tapi satu hal, ku mohon terima obatnya dan jangan lupa diminum. Terima kasih".
Sang gadis menitipkan kepada ibu penjaga warung. Ia mengatakan bahwa ini yang terakhir kali.
Sore harinya, sang gadis ingin sekali meluapkan kesedihannya. Ia mengajak 2 sahabat kosnya untuk menonton film di bioskop. Kebetulan sekali ia memang ingin menonton film Surga yang tak dirindukan. Film ini sepertinya juga merupakan film yang akan menguras air matanya.
Setelah menonton film itu, sang gadis belajar akan keikhlasan, kesabaran, dan menerima kenyataan bahwa dongeng yang ia bangun mungkin tidak akan sama dengan kenyataan yang terjadi. Sepanjang perjalanan pulang, gadis itu berfikir mungkin inilah kenyataan yang harus ia hadapi. Ia memutuskan untuk ikhlas menerimanya dan bermaksud mengambil kembali bungkusan obat itu. Ia tidak akan pernah membangun dongengnya lagi. Ia tidak akan berharap lagi membangun surga bersama pemuda itu. Setelah sampai, gadis itu bermaksud mengambilnya. Namun ternyata ibu penjaga warung mengatakan bahwa bungkusan itu sudah disampaikan kepada pemuda itu. Berarti? Apakah sang pemuda telah menerima bungkusan itu? Atau mereka hanya bekerjasama untuk pura2 bahwa sang pemuda telah menerimanya?