Laman

selamat datang

어서 오세요

Kamis, 13 Agustus 2015

Ku nanti kau di batas waktu 5

Hingga malam menjelang, pemuda itu belum juga mengambil obat pemberian sang gadis. Keesokan harinya, sang gadis menulis sepucuk surat kepada pemuda itu.

" mohon maaf sebelumnya, tapi aku benar-benar tidak punya maksud jahat kepada siapapun terutama kamu. Obat ini aku beli di apotek. Kebetulan aku juga sedang batuk dan aku juga meminumnya. Kata ibu apoteker obat ini lumayan manjur dan insya allah cepat sembuh setelah meminum obat ini. Tidak ada racun atau hal semacamnya yang kamu takutkan dalam obat ini. Demi allah aku tidak ada maksud lain. Aku hanya ingin kamu menerimanya, meminumnya, dan kemudian sembuh. Jika karena obat ini pemberianku sehingga kamu tidak mau menerimanya. Anggap obat ini bukan dariku. Anggap kamu tidak pernah mendengar namaku. Anggap aku tidak pernah ada. Anggap obat ini dari seorang teman yang kamu kenal. Anggap ini dari seseorang yang memang kamu inginkan memberikannya padamu. Jika itu bisa membuatmu menerima dan mengambilnya. Ku mohon lakukan demikian. Obay ini sebenarnya dari Allah untuk hambanya yang baik. Mungkin perantaranya yang salah. Aku yang salah. Aku minta maaf. Lupakan semua kejadian ini. Anggap tidak pernah terjadi. Tapi satu hal, ku mohon terima obatnya dan jangan lupa diminum. Terima kasih".

Sang gadis menitipkan kepada ibu penjaga warung. Ia mengatakan bahwa ini yang terakhir kali.
Sore harinya, sang gadis ingin sekali meluapkan kesedihannya. Ia mengajak 2 sahabat kosnya untuk menonton film di bioskop. Kebetulan sekali ia memang ingin menonton film Surga yang tak dirindukan. Film ini sepertinya juga merupakan film yang akan menguras air matanya.

Setelah menonton film itu, sang gadis belajar akan keikhlasan, kesabaran, dan menerima kenyataan bahwa dongeng yang ia bangun mungkin tidak akan sama dengan kenyataan yang terjadi. Sepanjang perjalanan pulang, gadis itu berfikir mungkin inilah kenyataan yang harus ia hadapi. Ia memutuskan untuk ikhlas menerimanya dan bermaksud mengambil kembali bungkusan obat itu. Ia tidak akan pernah membangun dongengnya lagi. Ia tidak akan berharap lagi membangun surga bersama pemuda itu. Setelah sampai, gadis itu bermaksud mengambilnya. Namun ternyata ibu penjaga warung mengatakan bahwa bungkusan itu sudah disampaikan kepada pemuda itu. Berarti? Apakah sang pemuda telah menerima bungkusan itu? Atau mereka hanya bekerjasama untuk pura2 bahwa sang pemuda telah menerimanya?

Senin, 10 Agustus 2015

Ku nanti kau di batas waktu 4

"Demi Allah aku tidak memiliki niat jahat padanya!", ungkap gadis itu berulang-ulang dalam hatinya.
Yah, kejadian hari ini benar-benar membuat gadis itu tidak bisa tidur karena ia tidak pernah berfikir akan seperti ini jadinya. Niatnya sungguh tulus tanpa mengharapkan imbalan apapun. Namun, kenyataan tidak berkata demikian.
Berawal ketika sang gadis melihat pemuda itu batuk-batuk. Kebetulan ia juga sedang sakit flu disertai batuk. Pagi harinya ia membeli obat di apotek. Untuk dirinya dan pemuda itu. Entah mendapat keberanian dari mana sang gadis membungkus obat dan gantungan hp tak lupa secuil kertas ucapan terima kasih karena telah menjadi mood booster selama minggu minggu menjelang sidang skripsi. Ia menitipkan bungkusan tersebut pada ibu penjaga warung yang selalu menjadi tempat pemuda itu makam sehari-hari. Gadis itu merasa lega karena telah menyelesaian niat tulusnya memberikan obat itu pada sang pemuda agar ia lekas sembuh. Namun, beberapa saat kemudian sahabatnya berteriak memanggil namanya. Ia menanyakan apakah sang gadis baru saja membeli makam dan menitipkan sesuatu untuk pemuda itu. Ternyata sesaat setelah sang gadis pergi, pemuda itu datang ke warung. Kebetulan sekali sahabat gadis itu juga baru pulang dari kampus dan membeli makanan. Bu yani, ibu penjual warung nasi, memberikan bungkusan itu pada sang pemuda, namun pemuda itu menolak menerimanya dengan alasan tidak mengenal orang yang memberikan bu gkusan itu. Ia penasaran dan terus menanyakan identitas orang tersebut. Bu yani mengatakan bahwa ia adalah gadis yang tinggal di kos sebelah dan menyebutkan ciri-cirinya. Lalu sahabat gadis itu seperti mengenali orang yang dibicarakan tersebut. Karena ia tidak mengetahui apa persoalan sebenarnya, sahabat gadis itu menyebutkan nama sang gadis. Pemuda itu tetal mengaku tidak mengenal sang gadis sehingga ia tetap menolak menerima obat tersebut.

Setelah mengetahui hal itu dari cerita sahabatnya, sang gadis merasa ia telah memggali kuburannya sendiri. Ia khawatir bagaimana jika sang pemuda salah menafsirkan niat baiknya, bagaimana jika sang pemuda merasa jijik dan ilfil terhadap dirinya, bagaimana jika sang pe.uda membencinya. Begitu banyak pertanyaan yang ditimbulkam dari kekhawatirannya. Sungguh ia hanya ingin melihat sang pemuda sembuh dengan meminum obat itu. Semoga Allah membukakan hati sang pemuda untuk menerima obat itu. Sang gadis tidak pernah meminta sang pemuda menerima hatinya. Hanya obatnya saja demi kebaikan sang pemuda. Sang gadis terus memohon dalam doanya.

Ku nanti kau di batas waktu 3

Sepenggal kenyataan yang selama ini dikhawatirkan sang gadis benar-benar terjadi. Saat sang gadis kembali dari kampung halamannya setelah hari raya Idul Fitri usai, Ia mendapati kabar yang dikhawatirkannya sejak awal. Ia mendengar kabar bahwa pemuda itu menyukai seorang gadis yang merupakan adik tingkatnya di kampus. Awalnya sang gadis merasa sesak dan kecewa dengan kenyataan yang ada, namun hal itu hanya berlangsung sesaat. Sang gadis sangat mengerti, setiap insan yang single pasti memiliki gebetan atau orang yang disukai, seperti yang terjadi padanya saat ini. Biarlah pemuda itu menyukai gadis lain. Yang terpenting bagi sang gadis adalah pemuda itu kembali sehingga sang gadis dapat melihat senyum dan gerak-gerik pemuda itu. Agar sang gadis dapat tersenyum karenanya. Agar sang gadis tak kehilangan mood boosternya. Selama hal itu masih menuju ke arah positif, tak apa jika terus dilakukan. Pemuda itu akan tetap menjadi semangatnya meskipun Ia tak menoleh sedikitpun. Allah yang Maha membolak-balikkan hati manusia. Gadis itu tidak mengharapkan sang pemuda menjadi jodohnya. Ia hanya berharap mendapat jodoh yang baik dan menurutnya pemuda itu termasuk bagian dari yang baik itu. Ia pasrahkan semuanya pada Yang Maha Kuasa. Ia yakin tiada yang lebih indah dari skenario Allah yang telah dibuatkan untuknya.

Jumat, 03 Juli 2015

ku nanti kau di batas waktu 2

Dari balik dinding pemisah antara Masjid dan kos sang gadis, gadis ini mendengar pemuda itu menyanyi, melatih anak-anak TPA, adzan, dan iqomah. pemuda itu merupakan pemuda yang rajin menurutnya. Pagi hari Ia sudah berada di Masjid, kemudian menemani anak-anak mengikuti lomba hingga sore hari. Sampai suatu hari gadis ini memperhatikan sudah mandi atau belumnya pemuda itu.
Terlepas dari apapun gadis ini selalu mendoakannya. Berusaha menjadi pribadi yang lebih baik lagi untuk menjemput calon imamnya, kekasih hatinya. Hanya berlindung dibalik doa yang Ia panjatkan setiap harinya. Berharap semoga pemuda itu juga mendoakan dan takdir mengubahnya.

ku nanti kau di batas waktu

Andaikan ku dapat mengungkapkan perasaanku
Hingga membuat kau percaya
Akan kuberikan seutuhnya rasa cintaku
Selamanya selamanya
Mungkin hanya sebait lagu yang dapat mewakili perasaanku saat ini. Sebuah bait sederhana yang tertulis oleh relung hati yang sedang disinggahi perasaan yang disebut cinta. Cinta ? Aku pun tak pernah yakin apa itu cinta. Cinta hanyalah sebuah kata yang diucapkan hampir seluruh insan di dunia ini. Entah mereka semua paham akan artinya ataupun tidak. Tapi bagiku, cinta adalah sebuah rasa yang ditujuan kepada Dia dan makhluk-Nya. Sebuah rasa simpati, dia adalah bagian dari kebahagiaan diri. Kisahku bermula saat bulan Ramadhan pada tahun 2015 M. Kampung Kuningan adalah saksi dimana kisah ini bermula. Tepatnya kos asrama putri mandiri blok H12 lantai 3. Dari sanalah seorang mahasiswi tingkat akhir tersenyum, menangis, menatap bulan, dan menatap seorang pemuda yang hanya entah sekedar lewat ataupun makan diwarung sebelah tepat dibawah gadis itu berpijak.
Semua bermula ketika Ramadhan tahun lalu, gadis itu selalu melihat seorang pemuda sholat tarawih di Masjid Al-Munnawar, masjid yang sama yang menjadi tempat gadis itu melaksanakan sholat tarawih. Setiap berangkat dan pulang Ia melihat pemuda itu, tanpa disadari Ia selalu mencuri pandang dengan pemuda itu. Satu tahun berlalu tidak ada pergerakan, bahkan hampir terlupakan.

Ramadhan kali ini, sekilas ingatan setahun lalu terkuak kembali. Hampir sebulan penuh gadis itu menjalani puasa di tempat kosnya. Hampir setiap hari pula Ia kembali bertemu dengan pemuda itu. Semakin hari tanpa disadari Ia begitu memperhatikan pemuda itu. Hanya berawal dari iseng untuk cuci mata. Akhirnya semua berlanjut menjadi perasaan yang lebih dalam. Setiap hari, gadis itu melihat sang pemuda lewat di jalan kecil di depan kosnya. Hingga tanpa disadari Ia hafal waktu-waktu pemuda itu lewat maupun ada di warung samping kosnya. Tanpa disengaja punIa mulai mengetahui sedikit tentang pemuda itu. Pemuda itu merupakan mahasiswa universitas negeri Yogyakarta jurusan matematika angkatan satu atau dua tahun dibawahnya ( masih belum dapat dipastikan). Semua informasi itu diperoleh tanpa sengaja saat gadis itu membeli makan di warung sebelah yang kebetulan juga pemuda itu ada ataupun lewat.
Tidak pernah terfikirkan sebelumnya bahwa gadis ini akan benar-benar jatuh hati pada pemuda itu. Saat ini pemuda itu telah menjadi bagian dari senyum dan kebahagiaan sang gadis. Namun, gadis ini sadar bahwa mungkin Ia tidak akan pernah menjadi bagian dari kebahagiaan pemuda itu. Hanya doa yang dapat menjawab semuanya. Doa sang gadis yang selalu mengiringi untuk diberikan imam yang terbaik untuknya, dan pemuda itu menurutnya merupakan imam yang baik.

Selasa, 10 Juni 2014

Minggu, 30 Maret 2014